Dalam dunia bisnis, terdapat dua jenis sistem persediaan barang yang umum digunakan, yaitu sistem periodik dan sistem perpetual. Kedua sistem ini memiliki cara kerja yang berbeda dalam mencatat nilai persediaan barang. Yuk, cari tahu lebih lanjut di artikel ini.
Sistem persediaan barang dagang adalah suatu metode yang digunakan oleh usaha untuk mengelola, melacak, dan mencatat ketersediaan stok yang dimiliki.
Dengan adanya sistem ini, Sobat Folio dapat mengantisipasi kekurangan stok, stok kosong, mengidentifikasi pola permintaan barang yang paling banyak dan paling sedikit diminati dan dalam jangka waktu yang panjang dapat menentukan harga pokok penjualan dengan lebih cepat.
Sobat Folio dapat memilih untuk menggunakan sistem pencatatan berdasarkan skala dan jenis usaha yang dijalankan, sebab pemilihan sistem yang tepat akan membantu untuk mengendalikan stok lebih baik, hemat biaya, dan mempercepat pelayanan pelanggan.
Dalam memilih sistem persediaan barang dagang, Sobat Folio harus mempertimbangkan berbagai faktor – faktor berikut:
Ada dua metode utama dalam menentukan nilai persediaan akhir, yaitu sistem periodik atau fisik, dan sistem perpetual atau buku.
Sistem perpetual atau disebut sebagai sistem permanen atau buku adalah sistem yang mencatat persediaan barang secara langsung ketika ada transaksi penjualan atau pembelian.
Artinya, ketika ada barang yang masuk atau keluar maka Sobat Folio harus mencatat dan memperbaharui barang secara real-time agar Sobat Folio dapat melihat jumlah stok yang tersedia kapan saja.
Dengan begitu, sistem perpetual memberikan kelebihan agar Sobat Folio mengurangi untuk melakukan stock opname (perhitungan fisik) terhadap sisa stok setiap bulan karena stok barang dapat langsung Sobat Folio pantau.
Namun, bukan berarti kegiatan stock opname tidak perlu dilakukan sama sekali, hanya saja frekuensinya dapat dikurangi atau cukup dilakukan satu tahun sekali.
Umumnya, usaha menengah dan besar, seperti misalnya distributor, atau barang – barang yang memiliki nilai tinggi, contohnya mobil, motor, alat elektronik akan mengaplikasi metode ini.
Atau, usaha yang memiliki stok barang yang besar dengan volume penjualan yang tinggi.
Untuk melakukan pencatatan dengan sistem perpetual ini disarankan menggunakan bantuan perangkat lunak atau aplikasi manajemen persediaan, karena setiap transaksi penjualan, pembelian, dan pengembalian barang akan langsung tercatat secara otomatis dalam sistem.Banyak aplikasi yang dirancang khusus untuk membantu Sobat Folio dalam mengelola sistem perpetual, seperti software ERP (Enterprise Resource Planning) atau aplikasi POS (Point of Sale).
Berbeda dengan perpetual, sistem periodik adalah metode dalam pencatatan persediaan di mana stok tidak langsung dicatat pada saat transaksi namun pada waktu tertentu, biasanya di akhir periode akuntansi atau penjualan.
Namun, perlu diingat bahwa pencatatan transaksi (penjualan dan pembelian) tetap dilakukan (terpisah) tetapi persediaannya saja yang tidak.
Maksudnya, pembelian barang akan dicatat pada akun pembelian, dan penjualan barang akan dicatat di akun penjualan. Namun, persediaan tidak diperbaharui hingga dilakukan perhitungan fisik pada akhir periode, misalnya akhir bulan atau akhir tahun (stock opname).
Nah, pada saat inilah nilai persediaan barang akan dihitung ulang berdasarkan stok fisik yang tersisa, dan kemudian akan dituliskan pada laporan.
Dengan kata lain, dalam sistem periodik, nilai persediaan dan harga pokok penjualan (HPP) tidak dapat diketahui secara pasti hingga dilakukan perhitungan sisa stok di akhir periode.
Kebanyakan, metode ini digunakan oleh usaha yang memiliki barang dagangan kecil, dan nilai yang tidak terlalu besar.
Sistem periodik ini memiliki keuntungan seperti hemat biaya, waktu, tenaga, dan dapat mengetahui persediaan barang lebih akurat karena perhitungannya disesuaikan dengan stok fisik di gudang.
Dalam mengelola persediaan barang, Sobat Folio perlu mengetahui tiga metode perhitungan persediaan barang, seperti:
Metode yang banyak digunakan dan memiliki pendekatan bahwa barang yang pertama kali masuk gudang atau diproduksi adalah pertama kali dijual.
Dengan kata lain, bahwa barang yang tersisa adalah barang baru dan menjadi barang yang harus dijual lebih dahulu ketika ada barang baru yang masuk.
Metode FIFO berfungsi untuk memudahkan Sobat Folio menentukan nilai persediaan meskipun ada perubahan terhadap HPP (stok baru).
Selain itu, metode ini banyak digunakan untuk usaha yang memiliki barang yang memiliki masa simpan terbatas, seperti makanan, dan obat-obatan.
Kebalikan dari metode FIFO. Metode Last In, First Out sesuai dengan namanya berarti barang yang terakhir masuk atau barang terbaru akan dijual terlebih dahulu.
Maka, biaya persediaan dihitung berdasarkan harga barang yang masuk terakhir atau terbaru. Metode LIFO sering digunakan ketika situasi di mana harga barang cenderung naik dan cocok untuk usaha yang memiliki produk yang tidak mudah rusak.
Dari beberapa sumber mengatakan bahwa metode ini tidak dianjurkan digunakan dalam persediaan usaha karena dapat menimbulkan beberapa masalah, terutama ketika terjadi inflasi atau kenaikan harga.
Misalnya, ketika harga barang naik, metode LIFO membuat harga pokok penjualan terlihat lebih tinggi karena barang yang baru dibeli (dengan harga yang lebih mahal) dijual terlebih dahulu. Sehingga, mendapatkan keuntungan atau laba yang rendah.
Metode average adalah metode dimana biaya persediaan dihitung berdasarkan rata- rata dari semua barang yang ada dan merupakan gabungan antara metode FIFO dan LIFO.
Artinya, semua biaya pembelian barang dijumlahkan dan dibagi dengan jumlah total barang yang tersedia sehingga menghasilkan suatu nilai rata-rata yang dihitung sebagai HPP.
Memahami sistem persediaan barang adalah langkah awal untuk mengelola toko secara efektif. Sobat Folio perlu untuk memastikan akurasi data keuangan dan mengambil keputusan bisnis yang tepat, sehingga Sobat Folio harus mengetahui cara menghitung persediaan barang akhir dengan benar menggunakan tiga metode di atas. Yuk, simak artikelnya di sini: Menghitung Persediaan Barang Dagang dengan FIFO, LIFO, dan Average.