Bagi pemilik usaha kecil dan menengah (UMK), memilih metode perhitungan yang tepat dapat berdampak pada pembuatan laporan neraca dan laporan laba rugi.
Selain menghitung persediaan akhir dengan metode FIFO, LIFO, dan Rata – rata Tertimbang, terdapat beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung persediaan barang dagang, seperti misalnya metode laba kotor, retail, dan work in process.
Jadi, bagaimana cara menghitung persediaan barang dengan menggunakan metode tersebut? Yuk, simak informasi lengkapnya di bawah ini.
Seperti namanya, metode ini menggunakan persentase laba kotor untuk memperkirakan persediaan akhir barang.
Langkah – langkah untuk menghitung persediaan menggunakan metode ini sebagai berikut:
Untuk mendapatkan hasil ini, Sobat Folio harus mengetahui persediaan awal dan semua barang yang dibeli selama periode tertentu.
Rumus: Harga barang yang tersedia = Persediaan Awal Pembelian
Contoh: Jika Sobat Folio memiliki stok awal senilai Rp. 30.000.000 dan kemudian melakukan pembelian tambahan sebesar Rp. 20.000.000, maka total harga barang yang tersedia yaitu Rp.30.000.000 Rp. 20.000.000 = Rp. 50.000.000
Langkah awal untuk menghitung hpp, Sobat Folio harus mengetahui persentase laba kotor dari penjualan yang dapat diambil dari laporan keuangan sebelumnya. Adapun rumusnya:
Kemudian, hitung HPP dengan mengurangi laba kotor dari total penjualan dengan rumus:
HPP = Penjualan – Laba Kotor
Contoh:
Sebuah toko pakaian memiliki penjualan sebesar Rp. 50.000.000 dalam satu bulan. Jika persentase laba kotor yang biasa diperoleh adalah 25%. Berapa HPP pada bulan tersebut?
Jawaban:
Laba Kotor = Rp.50.000.000 x 25% = Rp. 12.500.000
Maka, HPP = Rp. 50.000.000 – Rp. 12.500.000 = Rp. 37.500.000
Atau, dilansir dari laman Accounting Tools, rumus lain untuk mencari HPP adalah (1 – Persentase Laba Kotor) x Penjualan.
Contoh:
(1 – 25%) = 75% atau 0,75
HPP = (1 – 25%) x Rp. 50.000.000 = Rp. 37.500.000.
Setelah diketahui HPP, langkah selanjutnya adalah menghitung persediaan akhir barang. Dalam metode laba kotor, persediaan akhir dapat dihitung dengan mengurangi HPP dari harga barang yang tersedia.
Persediaan Akhir = Harga Barang yang Tersedia – HPP
Contoh:
Jika harga barang yang tersedia adalah Rp. 50.000.000 dengan HPP Rp. 37.500.000 maka persediaan akhirnya adalah = Rp. 50.000.000 – Rp. 37.500.000 = Rp. 12.500.000.
Menurut laman ShipBob, metode retail adalah metode akuntansi persediaan barang yang memungkinkan pemilik bisnis mengetahui berapa nilai persediaan akhir untuk jangka waktu tertentu atau biasanya dilakukan di akhir periode akuntansi.
Kemudian, langkah – langkah untuk mencari persediaan barang dengan metode retail sebagai berikut:
Persentase ini didapat dengan membandingkan total harga pokok barang yang tersedia (harga asli barang yang dijual) dengan total harga eceran barang yang tersedia (harga jual barang ke konsumen)
Persentase = (Total Harga Pokok Barang yang Tersedia / Total Harga Eceran Barang yang Tersedia) x 100
Harga pokok barang yang tersedia mengacu pada biaya persediaan awal ditambah dengan biaya semua pembelian, maka rumusnya
Harga Pokok yang Tersedia = Biaya Persediaan Awal Biaya Semua Pembelian
Untuk metode retail, Sobat Folio tidak menghitung persediaan akhir terlebih dahulu. Sebaliknya, Sobat Folio menghitung biaya penjualan dengan menggunakan total penjualan eceran dan persentase biaya eceran yang sudah didapatkan
Biaya penjualan = Penjualan Eceran x Persentase Biaya Eceran
Cara untuk mencari persediaan akhir dengan mengurangi biaya penjualan dari harga pokok barang yang tersedia.
Persediaan Akhir = Harga Pokok yang Tersedia – Biaya Penjualan
Contoh:
Seorang pemilik toko pakaian memulai periode dengan:
Selama periode, toko tersebut menjual pakaian senilai Rp. 25.000.000 dengan harga eceran. Berapa nilai persediaan akhir toko pakaian tersebut:
Jawaban:
Total Harga Pokok yang Tersedia = Rp. 10.000.000 Rp. 15.000.000
Total Harga Pokok yang Tersedia = Rp. 25.000.000
Total Harga Eceran Barang yang Tersedia = Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.000
Total Harga Eceran Barang yang Tersedia = Rp. 50.000.000
Persentase dari biaya eceran = (Rp. 25.000.000 / Rp. 50.000.000) x 100
Persentase dari biaya eceran = 50%
Biaya Penjualan = Rp. 25.000.000 x 50%
Biaya Penjualan = Rp. 12.500.000Nilai Persediaan Akhir = Rp. 25.000.000 - Rp. 12.500.000
Nilai Persediaan Akhir = Rp. 12.500.000
Jadi, nilai persediaan akhir toko pakaian tersebut adalah = Rp. 12.500.000.
Metode Work in Process (WIP) digunakan untuk menghitung barang yang masih dalam proses produksi.
Barang – barang ini belum selesai dikerjakan sehingga belum dapat dijual kepada pelanggan.
Dengan metode ini, perusahaan menghitung biaya yang sudah dikeluarkan untuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead yang terkait dengan produksi barang.
Berikut ini adalah langkah – langkah untuk mencari persediaan barang menggunakan metode Work in Process.
Persediaan awal WIP (Work In Process) mewakili nilai barang yang belum selesai diproduksi pada akhir periode sebelumnya dan dilanjutkan pada periode akuntansi yang baru.
Dalam konteks akuntansi, persediaan awal WIP adalah bagian dari aset yang dilaporkan pada akhir periode akuntansi sebelumnya, dan nilainya akan dibawa ke awal periode baru sebagai persediaan awal.
Sebagai contoh, jika pada akhir Desember 2023, sebuah pabrik melaporkan bahwa masih ada barang dalam proses produksi senilai Rp. 5.000.000, maka pada awal Januari 2024, nilai awal WIP akan dimulai dengan angka Rp. 5.000.000.
Untuk mendapatkan nilai dari biaya produksi, Sobat Folio menjumlah seluruh biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead produksi.
Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Overhead Produksi
Contoh:
Selama periode produksi, pabrik menghabiskan:
Jadi, total biaya produksi adalah:
Biaya Produksi: Rp. 10.000.000 Rp. 3.000.000 Rp. 2.000.000 = Rp. 15.000.000
Menghitung jumlah harga pokok produksi dihitung mengurangi persediaan akhir WIP dari penjumlahan antara persediaan awal WIP dan biaya produksi.
Rumus: Harga Pokok Produksi = (Persediaan Awal WIP Biaya Produksi) – Persediaan Akhir WIP.
Contoh:
Pada awal periode, sebuah pabrik memiliki persediaan awal barang WIP senilai Rp. 5.000.000. Selama periode tersebut, pabrik mengeluarkan biaya produksi yang mencakup bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead dengan total Rp. 15.000.000. Pada akhir periode, nilai persediaan akhir WIP adalah Rp. 4.000.000
Maka, perhitungan harga pokok produksi menjadi:
Harga Pokok Produksi = (Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000) – Rp. 4.000.000
Harga Pokok Produksi = Rp. 20.000.000 – Rp. 4.000.000
Harga Pokok Produksi = Rp. 16.000.000
Untuk menghitung persediaan akhir WIP, Sobat Folio perlu mengetahui persediaan awal WIP, total biaya produksi, dan nilai harga pokok produksi tersebut. Rumus yang digunakan adalah:
Persediaan WIP Akhir = (Persediaan WIP Awal Total Biaya Produksi) – Harga Pokok Produksi (COGM).
Contoh:
Melanjuti contoh kasus di atas maka,
Persediaan WIP Akhir = (Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000) – Rp. 16.000.000
Persediaan WIP Akhir = Rp. 20.000.000 – Rp. 16.000.000
Maka, nilai persediaan WIP akhirnya adalah Rp. 4.000.000.Persediaan WIP Akhir = Rp. 4.000.000
Pada metode laba rugi, penyesuaian persediaan dengan mencatat selisih antara persediaan awal dan persediaan akhir pada akun laba rugi.
Jika dalam perhitungan, nilai persediaan akhir lebih besar dari nilai persediaan awal, selisinya akan dicatat sebagai laba. Sebaliknya, jika nilai persediaan akhir lebih kecil dari persediaan awal, selisihnya akan dicatat sebagai rugi. Contoh jurnal penyesuaian menggunakan metode laba rugi:
Jika terjadi kenaikan persediaan atau persediaan barang dagang akhir (Laba):Contoh soal:
Dalam periode tahun 2024, di dapat data pada PT. ABC sebagai berikut:Maka, jurnal penyesuaian dengan metode laba rugi yaitu:
Pada metode HPP, kita tidak hanya mencatat perubahan pada akun persediaan barang yang terjadi pada metode laba rugi, tetapi juga memperhitungkan beberapa komponen lain seperti pembelian barang, retur pembelian, potongan pembelian, dan beban angkut pembelian.
Cara menghitung metode harga pokok penjualan (HPP):
Harga Pokok Penjualan = Persediaan Awal Pembelian Bersih (Pembelian biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian) – Persediaan Akhir.
Menghitung persediaan akhir barang secara manual memang bisa dilakukan untuk menjaga kelancaran bisnis dan pengelolaan stok yang efektif, akan tetapi akan lebih efisien jika menggunakan aplikasi khusus, bukan? Dengan aplikasi Sobat Folio dapat melacak stok secara real-time dan dapat menghitung persediaan akhir dengan lebih cepat dan akurat. Tertarik? Yuk, simak selengkapnya tentang aplikasi stok barang di artikel ini: Aplikasi Stok Barang Terbaik untuk Penjualan.