Cara Perhitungan Persediaan Akhir Barang dengan 3 Metode Lain

12 November 2024
Cara menghitung persediaan akhir barang dagang dengan Metode Laba Kotor, Retail, dan WIP

Bagi pemilik usaha kecil dan menengah (UMK), memilih metode perhitungan yang tepat dapat berdampak pada pembuatan laporan neraca dan laporan laba rugi.

Selain menghitung persediaan akhir dengan metode FIFO, LIFO, dan Rata – rata Tertimbang, terdapat beberapa metode lain yang dapat digunakan untuk menghitung persediaan barang dagang, seperti misalnya metode laba kotor, retail, dan work in process. 

Jadi, bagaimana cara menghitung persediaan barang dengan menggunakan metode tersebut? Yuk, simak informasi lengkapnya di bawah ini.

Metode Laba Kotor

Seperti namanya, metode ini menggunakan persentase laba kotor untuk memperkirakan persediaan akhir barang. 

Langkah – langkah untuk menghitung persediaan menggunakan metode ini sebagai berikut:

Ketahui harga barang yang tersedia

Untuk mendapatkan hasil ini, Sobat Folio harus mengetahui persediaan awal dan semua barang yang dibeli selama periode tertentu.

Rumus: Harga barang yang tersedia = Persediaan Awal  Pembelian

Contoh: Jika Sobat Folio memiliki stok awal senilai Rp. 30.000.000 dan kemudian melakukan pembelian tambahan sebesar Rp. 20.000.000, maka total harga barang yang tersedia yaitu Rp.30.000.000 Rp. 20.000.000 = Rp. 50.000.000

Ketahui HPP (Harga Pokok Penjualan)

Langkah awal untuk menghitung hpp, Sobat Folio harus mengetahui persentase laba kotor dari penjualan yang dapat diambil dari laporan keuangan sebelumnya. Adapun rumusnya:

Laba Kotor = Penjualan x Persentase Laba Kotor

Kemudian, hitung HPP dengan mengurangi laba kotor dari total penjualan dengan rumus:

HPP = Penjualan – Laba Kotor

Contoh:

Sebuah toko pakaian memiliki penjualan sebesar Rp. 50.000.000 dalam satu bulan. Jika persentase laba kotor yang biasa diperoleh adalah 25%. Berapa HPP pada bulan tersebut?

Jawaban:

Laba Kotor = Rp.50.000.000 x 25% = Rp. 12.500.000

Maka, HPP = Rp. 50.000.000 – Rp. 12.500.000 = Rp. 37.500.000

Atau,  dilansir dari laman Accounting Tools, rumus lain untuk mencari HPP adalah (1 – Persentase Laba Kotor) x Penjualan.

Contoh:

(1 – 25%) = 75% atau 0,75

HPP = (1 – 25%) x Rp. 50.000.000 = Rp. 37.500.000.

Ketahui persediaan akhir barang

Setelah diketahui HPP, langkah selanjutnya adalah menghitung persediaan akhir barang. Dalam metode laba kotor, persediaan akhir dapat dihitung dengan mengurangi HPP dari harga barang yang tersedia.

Persediaan Akhir = Harga Barang yang Tersedia – HPP

Contoh:

Jika harga barang yang tersedia adalah Rp. 50.000.000 dengan HPP Rp. 37.500.000 maka persediaan akhirnya adalah = Rp. 50.000.000 – Rp. 37.500.000 = Rp. 12.500.000.

Metode Retail

Menurut laman ShipBob, metode retail adalah metode akuntansi persediaan barang yang memungkinkan pemilik bisnis mengetahui berapa nilai persediaan akhir untuk jangka waktu tertentu atau biasanya dilakukan di akhir periode akuntansi.

Kemudian, langkah – langkah untuk mencari persediaan barang dengan metode retail sebagai berikut:

Ketahui persentase dari biaya eceran

Persentase ini didapat dengan membandingkan total harga pokok barang yang tersedia (harga asli barang yang dijual) dengan total harga eceran barang yang tersedia (harga jual barang ke konsumen)

Persentase = (Total Harga Pokok Barang yang Tersedia / Total Harga Eceran Barang yang Tersedia) x 100

Ketahui harga pokok barang yang tersedia saat ini

Harga pokok barang yang tersedia mengacu pada biaya persediaan awal ditambah dengan biaya semua pembelian, maka rumusnya

Harga Pokok yang Tersedia = Biaya Persediaan Awal Biaya Semua Pembelian

Hitung biaya penjualan

Untuk metode retail, Sobat Folio tidak menghitung persediaan akhir terlebih dahulu. Sebaliknya, Sobat Folio menghitung biaya penjualan dengan menggunakan total penjualan eceran dan persentase biaya eceran yang sudah didapatkan

Biaya penjualan = Penjualan Eceran x Persentase Biaya Eceran

Hitung jumlah persediaan akhir

Cara untuk mencari persediaan akhir dengan mengurangi biaya penjualan dari harga pokok barang yang tersedia.

Persediaan Akhir = Harga Pokok yang Tersedia – Biaya Penjualan

Contoh:

Seorang pemilik toko pakaian memulai periode dengan:

  • Persediaan awal (harga pokok): Rp. 10.000.000
  • Pembelian baru (harga pokok): Rp. 15.000.000
  • Harga eceran persediaan awal: Rp. 20.000.000
  • Harga eceran pembelian baru: Rp. 30.000.000

Selama periode, toko tersebut menjual pakaian senilai Rp. 25.000.000 dengan harga eceran. Berapa nilai persediaan akhir toko pakaian tersebut:

Jawaban:

  • Total Harga Pokok yang Tersedia = Biaya Persediaan Awal Biaya Semua Pembelian

Total Harga Pokok yang Tersedia = Rp. 10.000.000 Rp. 15.000.000

Total Harga Pokok yang Tersedia = Rp. 25.000.000

  • Total Harga Eceran Barang yang Tersedia = Harga eceran persediaan awal Harga eceran pembelian baru

Total Harga Eceran Barang yang Tersedia = Rp. 20.000.000 Rp. 30.000.000

Total Harga Eceran Barang yang Tersedia = Rp. 50.000.000

  • Persentase dari biaya eceran = (Total Harga Pokok Barang yang Tersedia / Total Harga Eceran Barang yang Tersedia) x 100

Persentase dari biaya eceran = (Rp. 25.000.000 / Rp. 50.000.000) x 100

Persentase dari biaya eceran = 50%

  • Biaya Penjualan = Penjualan Eceran x Persentase Biaya Eceran

Biaya Penjualan = Rp. 25.000.000 x 50%

Biaya Penjualan = Rp. 12.500.000
  • Nilai Persediaan Akhir = Harga Pokok yang Tersedia – Biaya Penjualan

Nilai Persediaan Akhir = Rp. 25.000.000 - Rp. 12.500.000

Nilai Persediaan Akhir = Rp. 12.500.000  

Jadi, nilai persediaan akhir toko pakaian tersebut adalah = Rp. 12.500.000.      

Metode WIP 

Metode Work in Process (WIP) digunakan untuk menghitung barang yang masih dalam proses produksi.

Barang – barang ini belum selesai dikerjakan sehingga belum dapat dijual kepada pelanggan.

Dengan metode ini, perusahaan menghitung biaya yang sudah dikeluarkan untuk bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead yang terkait dengan produksi barang.

Berikut ini adalah langkah – langkah untuk mencari persediaan barang menggunakan metode Work in Process.

Hitung persediaan awal barang WIP

Persediaan awal WIP (Work In Process) mewakili nilai barang yang belum selesai diproduksi pada akhir periode sebelumnya dan dilanjutkan pada periode akuntansi yang baru.

Dalam konteks akuntansi, persediaan awal WIP adalah bagian dari aset yang dilaporkan pada akhir periode akuntansi sebelumnya, dan nilainya akan dibawa ke awal periode baru sebagai persediaan awal.

Sebagai contoh, jika pada akhir Desember 2023, sebuah pabrik melaporkan bahwa masih ada barang dalam proses produksi senilai Rp. 5.000.000, maka pada awal Januari 2024, nilai awal WIP akan dimulai dengan angka Rp. 5.000.000.

Hitung biaya produksi

Untuk mendapatkan nilai dari biaya produksi, Sobat Folio menjumlah seluruh biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan overhead produksi.

Biaya Produksi = Biaya Bahan Baku Biaya Tenaga Kerja Langsung Overhead Produksi

Contoh:

Selama periode produksi, pabrik menghabiskan:

  • Bahan baku: Rp. 10.000.000
  • Tenaga kerja langsung: Rp. 3.000.000
  • Overhead: Rp. 2.000.000

Jadi, total biaya produksi adalah:

Biaya Produksi: Rp. 10.000.000 Rp. 3.000.000  Rp. 2.000.000 = Rp. 15.000.000

Hitung jumlah harga pokok produksi

Menghitung jumlah harga pokok produksi dihitung mengurangi persediaan akhir WIP dari penjumlahan antara persediaan awal WIP dan biaya produksi.

Rumus: Harga Pokok Produksi = (Persediaan Awal WIP Biaya Produksi) – Persediaan Akhir WIP.

Contoh:

Pada awal periode, sebuah pabrik memiliki persediaan awal barang WIP senilai Rp. 5.000.000. Selama periode tersebut, pabrik mengeluarkan biaya produksi yang mencakup bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead dengan total Rp. 15.000.000. Pada akhir periode, nilai persediaan akhir WIP adalah Rp. 4.000.000

Maka, perhitungan harga pokok produksi menjadi:

Harga Pokok Produksi = (Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000) – Rp. 4.000.000

Harga Pokok Produksi = Rp. 20.000.000 – Rp. 4.000.000

Harga Pokok Produksi = Rp. 16.000.000

Hitung nilai persediaan akhir

Untuk menghitung persediaan akhir WIP, Sobat Folio perlu mengetahui persediaan awal WIP, total biaya produksi, dan nilai harga pokok produksi tersebut. Rumus yang digunakan adalah:

Persediaan WIP Akhir = (Persediaan WIP Awal Total Biaya Produksi) – Harga Pokok Produksi (COGM).

Contoh:

Melanjuti contoh kasus di atas maka,

Persediaan WIP Akhir = (Rp. 5.000.000 Rp. 15.000.000) – Rp. 16.000.000

Persediaan WIP Akhir = Rp. 20.000.000 – Rp. 16.000.000

Maka, nilai persediaan WIP akhirnya adalah Rp. 4.000.000.

Persediaan WIP Akhir = Rp. 4.000.000

Jurnal Peyesuaian Persediaan Akhir Barang Dagang

Berikut ini adalah dua metode yang sering digunakan dalam jurnal penyesuaian persediaan akhir barang:

Metode laba rugi

Pada metode laba rugi, penyesuaian persediaan dengan mencatat selisih antara persediaan awal dan persediaan akhir pada akun laba rugi.

Jika dalam perhitungan, nilai persediaan akhir lebih besar dari nilai persediaan awal, selisinya akan dicatat sebagai laba. Sebaliknya, jika nilai persediaan akhir lebih kecil dari persediaan awal, selisihnya akan dicatat sebagai rugi. Contoh jurnal penyesuaian menggunakan metode laba rugi:

Jika terjadi kenaikan persediaan atau persediaan barang dagang akhir (Laba):
jurnal-penyesuaian-persediaan-akhir-meto
Jurnal Penyesuaian Persediaan Akhir Metode Laba Rugi (Laba)

Jika terjadi penurunan persediaan atau persediaan barang dagang awal (Rugi):
jurnal-penyesuaian-persediaan-akhir-metoJurnal Penyesuaian Persediaan Akhir Metode Laba Rugi (Rugi)

Contoh soal:

Dalam periode tahun 2024, di dapat data pada PT. ABC sebagai berikut:
  • Persediaan awal barang dagang: Rp.50.000.000
  • Pembelian barang selama periode: Rp.100.000.000
  • Persediaan akhir barang dagang: Rp.40.000.000
Pada metode ini, penyesuaian persediaan dicatat dalam akun Ikhtisar Laba Rugi.
  • Persediaan Awal: Rp.50.000.000
  • Persediaan Akhir: Rp.40.000.000)
Dengan demikian terjadi penurunan persediaan yaitu Rp. 10.000.000 (Rp.50.000.000 - Rp.40.000.000)

Maka, jurnal penyesuaian dengan metode laba rugi yaitu:

jurnal-penyesuaian-persediaan-akhir-bara

Contoh Jurnal Penyesuaian Persediaan Akhir Barang Dagang Metode Laba Rugi

Metode Harga Pokok Penjualan (HPP)

Pada metode HPP, kita tidak hanya mencatat perubahan pada akun persediaan barang yang terjadi pada metode laba rugi, tetapi juga memperhitungkan beberapa komponen lain seperti pembelian barang, retur pembelian, potongan pembelian, dan beban angkut pembelian.

Cara menghitung metode harga pokok penjualan (HPP):

Harga Pokok Penjualan = Persediaan Awal Pembelian Bersih (Pembelian biaya angkut pembelian – retur pembelian – potongan pembelian) – Persediaan Akhir.

Menghitung persediaan akhir barang secara manual memang bisa dilakukan untuk menjaga kelancaran bisnis dan pengelolaan stok yang efektif, akan tetapi akan lebih efisien jika menggunakan aplikasi khusus, bukan? Dengan aplikasi Sobat Folio dapat melacak stok secara real-time dan dapat menghitung persediaan akhir dengan lebih cepat dan akurat. Tertarik? Yuk, simak selengkapnya tentang aplikasi stok barang di artikel ini: Aplikasi Stok Barang Terbaik untuk Penjualan.

Whatsapp Sales Whatsapp Support 1 Whatsapp Support 2 Telephone Office